Selasa, 25 November 2014

The Rainbow Express

Jessie merasa bahwa dialah wanita yang paling beruntung di dunia. Mungkin ada benarnya, karena ayahnya adalah seorang pebisnins sukses, dilahirkan dengan wajah cantik, pintar, dan juga populer. Berbeda dengan Ann, kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan tragis empat tahun yang lalu, harus meninggalkan Indonesia dan beradaptasi di London untuk tinggal bersama orang-orang yang tidak terlalu ia kenal
.
Ibu Ann sebatang kara sejak usia belia. Beliau menikah dengan Mr. Lawrence, seorang pebisnins asal London dan Ann hanya bertemu dengan saudara ayahnya saat Natal tiba. Itulah alasan mengapa Ann tinggal di London karena Paman Ben adalah satu-satunya saudara yang ia miliki. Namun sebagai catatan, meskipun mereka baru akrab setelah kecelakaan itu, Paman Ben sangat menyayangi Ann bahkan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Hal ini berarti Ann dan Jessie adalah kakak beradik, tapi mereka lebih suka jika orang-orang tahu bahwa mereka ‘hanya sepupu’.
Bibi Margareth (istri Paman Ben) meninggal ketika melahirkan Jessie, tapi Ann merasa aneh karena Jessie tumbuh menjadi wanita manja dan menyebalkan, karena Ann berpikir ia seharusnya menjadi anak yang baik karena dilahirkan dengan susah payah. Ann tidak tahu alasan yang tepat mengapa Jessie selalu bersikap memusuhi Ann, tapi menurut sahabat Ann, Emily, dia menjadi seperti itu karena Paman Ben sangat menyayanginya. Tahun pertama Ann di sekolah menengah berjalan agak tidak menyenangkan karena Jessie dan teman-temannya begitu menyebalkan. Masalahnya Ann bukan tandingannya, mengingat cara berpakaian Ann yang mendekati kata ‘aneh’ (ia suka sekali memakai jeans baggy dan sepatu berwarna coklat yang berbentuk lonjong, ditambah t’shirtnya yang selalu berwarna gelap, seperti menggambarkan kesuraman) meskipun Ann termasuk wanita yang cantik dan memiliki mata indah dan tajam seperti elang.
Sebelum liburan Jessie sukses mengunci Ann di gudang sekolah. Keterlaluan memang, tapi tidak ada satu pun bukti yang dapat ditujukan padanya. Karena itu Jessie bisa lolos dari hukuman dengan aman. Dan parahnya lagi orang-orang baru menyadari bahwa ‘Ann menghilang’ satu jam kemudian, termasuk Emily yang mengira Ann sedang mengikuti pendaftaran lomba menulis karya ilmiah. Tentu saja Ann tidak akan memberitahu hal ini pada ayah Jess, karena selain alasan ia tidak ingin bersikap seolah-olah ‘merebut perhatian ayahnya’, Ann juga tidak punya bukti apapun untuk menuduhnya.
Saat liburan tiba Ann memutuskan untuk pergi mengunjungi neneknya. Di samping untuk mengisi waktu liburannya, ia juga bisa pergi jauh dari Jessie. Paman Ben mengijinkannya, meskipun pada awalnya ia menyuruh Jessie ikut dengannya (Paman Ben tidak tahu bahwa Jessie sering mengerjai Ann, ia hanya tahu bahwa Jessie tidak bisa berteman dengan Ann). Ann mengemasi barang-barangnya dengan hati riang. Paman Ben mengantar Ann sampai ke stasiun. Ann melambaikan tangannya dan masuk berdesakan dengan orang-orang ke dalam gerbong kereta. Ia masuk ke dalam rangkaian gerbong dan mencari tempat duduk yang kosong.
Pintu kompartemen bergeser pelan. Ann tahu ada seseorang yang masuk, tapi ia tidak menghiraukannya karena Ann sedang mencari novel yang baru ia beli di festival Romeo & Juliet minggu lalu. Kopernya tidak terlalu besar, tapi entah mengapa novel itu tidak terlihat sama sekali. Pikirannya langsung buyar ketika mendengar suara pria berdeham, dan ada siulan aneh yang merupakan siulan terburuk yang pernah Ann dengar.
“Ann, itukah kau?” tanya pria itu.
Dengan segera Ann menoleh, dan mendapati seorang anak seumuran dengannya menyeringai lebar. “Henrie? Apa yang kau lakukan disini?”
“Hmm… mungkin mencuri sesuatu darimu. Astaga, aku lupa kau kan tidak punya apa-apa! Mungkin isi kopermu hanya ada sandwich beku dan sebotol susu yang hampir basi,” jawab Henrie, sedikit menyeringai seraya menarik kopernya dan menggaruk kepalanya.
“Mungkin kau disuruh Jessie untuk memata-mataiku…”
“Hah?” kata Henrie kaget. “Kau tahu Jessie memang sensitif padamu, tapi percayalah, dia punya kesibukan lain daripada menyuruhku untuk membuntutimu. Kurang kerjaan.”
Mereka duduk berhadapan. Ann memandang Henrie dengan pandangan curiga, masih agak kaget sekaligus kecewa, mengapa kereta dengan gerbong sebanyak ini bisa mempertemukan mereka dalam satu ruangan.
Henrie melirik Jessie. “Apa kau masih berpikir Jessie menyuruhku membuntutimu?”
“Tidak,” jawab Ann, berusaha menyembunyikan kekecewaannya, “tentu saja tidak.”
“Bagus,” kata Henrie. “Dengar, aku punya urusan sendiri dan tidak akan pernah sempat untuk mengurusi pertandingan Entah Memperebutkan Apa antara kau dan Jessie. Jika hal itu terjadi, pasti Dean sedang sakit parah hingga ia mengultimatumku untuk membantu pacarnya.”
Menyadari udara agak panas karena obrolan mereka yang tidak menyenangkan, Ann membuka jendela kereta dan memandangi hamparan perkebunan di sepanjang tepi rel kereta dengan perasaan bersalah. Tidak seharusnya ia berpikir seperti itu, mengingat Jessie, Dean, kekasihnya yang populer itu, dan sahabat-sahabat mereka pasti sangatlah sibuk karena mereka adalah anak-anak berbakat, entah dalam olahraga atau bermusik. Henrie sendiri merupakan seorang pemain hockey dan merupakan seorang pemain biola yang hebat. Para wanita dibuatnya tergila-gila waktu pentas musim semi, ketika ia menggesekkan biolanya, seolah-olah magnet ketampanannya langsung menarik para wanita untuk semakin mengaguminya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Henrie untuk mencairkan susasana. Ann yakin Henrie tidak bersungguh-sungguh bertanya hal yang tidak penting ini.
“Mengunjungi nenekku,” jawab Ann datar. Ia bahkan samasekali tidak mengalihkan wajahnya dari jendela.
“Oh,” kata Henrie. “Kau tidak bertanya aku mau pergi kemana?”
Ann yang merasa tidak enak terpaksa bertanya. “Oke, baiklah jika itu mau mu. Kau mau kemana? Hen–ri–eee?” Pertanyaannya terdengar panjang dan membosankan.
Henrie tertawa sinis, “tidak usah bertanya kalau kau tidak mau, Ann, aku tahu wanita tidak akan mengajak bicara pria yang tidak disukainya, sekalipun kita tersesat dan hanya ada aku yang bisa kau ajak bicara.”
Ann merasa mukanya merah. Jika yang di hadapannya kini adalah Jessie, sudah pasti menit berikutnya mereka akan saling menjabak rambut.
“Maaf, bukannya begitu, melihatmu seperti melihat Jessie, begitu mengerikan dan—”
“—menyebalkan?”
Mereka tertawa. Entah mengapa mereka berdua memutuskan untuk melupakan perbedaan mereka —antara Henrie si Populer dan Ann si Kutu Buku. Satu jam berikutnya mereka mengobrol, membicarakan novel The Rainbow Express yang ternyata, sangat kebetulan, Henrie beli di festival Romeo & Juliet minggu lalu. Henrie berpendapat bahwa dalam novel itu seharusnya tokoh utamanya tidak mengikuti wanita yang disukainya, melainkan pertemuan mereka di kereta karena ketidaksengajaan. Ann berpikir cerita itu hampir mirip dengan yang dialaminya sekarang, meskipun kenyataannya baik Anna maupun Henrie tidak saling menyukai.
Tiba saatnya mereka harus berpisah. Henrie melambaikan tangannya, memberikan sebuah senyuman manis dan pergi menarik kopernya menuju kerumunan. Ann membalas senyumnya, berharap bahwa yang ada di hadapannya kini adalah Jessie.

Liburan selalu terasa cepat berlalu, terutama bagi Anna yang merasa dirinya terancam apabila memasuki gerbang sekolah. Ia melihat Jessie, Dave, Henrie, dan beberapa sahabat mereka berkumpul. Henrie yang sedang tertawa langsung tersenyum padanya begitu melihatnya masuk ke dalam kelas. Entah mengapa Ann merasa terganggu, ia takut Jessie menyadari hal itu dan semakin membencinya. Ia sama sekali tidak mau Henrie dan tentu saja, Jessie, dan sahabat-sahabatnya menyadari kehadirannya.
Disamping kecemasannya itu, Jessie mengungumkan di depan kelas bahwa pesta ulang tahun keenam belasnya akan diadakan di rumahnya, dan semua anak diundang ke pestanya, tanpa terkecuali (maka secara otomatis Ann juga diundang). Ann merasa perlu membeli gaun karena gaun pestanya sudah agak sempit (ia sama sekali tidak berpikir untuk tampil cantik di pesta Jessie meskipun seluruh kelas diundang, bahkan ia tidak berusaha untuk menarik perhatian siapapun.
Ann memang harus mengakui pada sahabatnya, Emily, bahwa ia sebenarnya agak berharap seseorang memuji penampilannya saat pesta nanti. Berbeda dengan Ann, Emily malah berharap Josh, kekasihnya yang agak aneh itu tidak mempermalukannya dengan memakai baju superhero lagi (sudah jelas kan mereka tidak sedang merayakan Hallowen). Tetapi mengenai siapa pria yang dimaksud, Ann tidak memberitahunya karena pastinya Emily akan terkena serangan jantung begitu tahu Henrielah yang paling diharapkan Ann.
Pesta berlangsung sangat menyenangkan. Tahun ini Jessie dapat membuat pestanya lebih meriah dan tersedia begitu banyak makanan dan minuman untuk dinikmati bersama. Mulai dari klub sepakbola, hockey, basket, anak-anak pemain musik, band sekolah, sampai klub pentas seni dan klub penulis —mereka semua hadir dan ikut memeriahkan acara. Dan yang benar saja, meskipun Josh sudah diperingatkan, ia datang dengan memakai kostum Iron Man. Tetapi hal ini membuat Emily senang karena Josh malah diminta foto bareng oleh cowok-cowok dan juga cewek-cewek yang menganggapnya sangat lucu dan harus diabadikan bersama mereka.
Ann menyisir rambutnya dua kali lebih lama dari biasanya, memakai gaunnya yang sangat sederhana, tetapi ia beruntung karena Josh dan Emily ikut waktu dia membeli gaunnya, karena meskipun Josh penggila superhero dan selalu bercanda setiap saat, ia memiliki selera baik dalam memilih baju untuk wanita. Dengan gugup Ann berjalan menuruni tangga, mendapati hampir semua mata tertuju padanya, seperti adengan film ‘Miss Spring’ dimana seorang wanita kutu buku merubah penampilannya pada pesta dansa dan berjalan menuruni tangga mewah, dengan balutan karpet merah dan mawar yang menghiasi sisi anak tangga. Tapi tunggu dulu —masalah utamanya adalah dalam film itu pemeran utamanya berdansa dan akhirnya berpacaran dengan pria idamannya.
Jessie hanya memandang Ann sekali, lalu mengajak Dean berdansa dengan iringan gesekan biola Henrie dan anak-anak lainnnya. Ia tidak mau pacarnya menyadari kecantikan Ann, meskipun memang kenyataannya Dean tidak terlalu tertarik pada Ann. Berbeda dengan Henrie, ketika melihat Ann, ia tersenyum, senyum yang sama seperti di peron ketika Henrie berjalan meninggalkannya.
Banyak pasangan yang turun ke lantai dan menikmati dansa mereka dengan iringan musik yang sangat romantis itu. Josh mengajak Emily berdansa, meskipun ia agak sulit memutar tubuhnya. Sementara Ann hanya diam saja disudut ruangan (ia terlihat agak bodoh karena tidak melepas pandangannya dari Henrie) sampai seorang pria mengajaknya berdansa. Pria itu adalah Sam, seorang anak yang memiliki bakat dalam melukis pasir. Mereka berdansa dengan riang, sesekali tertawa, karena Sam adalah anak yang sangat menyenangkan.
Saat iringan musik selesai, Henrie memberikan biolanya pada seorang temannya dan berjalan menghampiri Ann yang dari tadi terlihat seru berbincang dengan Sam. Ann menjadi tambah gugup, sampai seorang wanita secara tiba-tiba datang memeluk Henrie dan memandangi Ann dengan wajah yang penuh kemenangan. Jessie, Dean, dan teman-temannya langsung menarik Henrie ke tengah ruangan dan mengobrol disana. Seharusnya Ann tahu bahwa Jessie tidak akan mengendurkan perhatiannya dari Ann sedikit saja, karena kini Jessie tahu bahwa Ann tertarik pada Henrie.
Ketika acara hampir selesai, Henrie mengalihkan pandangannya pada semua sudut ruangan, namun ia tidak menemukan Ann. Terpikir olehnya untuk meminta nomor handphone Ann dari Emily, tapi pasti Emily akan menolaknya dengan alasan untuk melindungi sahabatnya dari gangguan Henrie. Ia meminta ijin pada teman-temannya dengan alasan pergi ke toilet, menyelinap ke luar taman dan mendapati Ann sedang duduk sendirian disana.
“Ann?”
Ann menoleh. Ia langsung bergegas pergi, namun ia ditahan oleh Henrie yang kelihatannya kesal karena sikap Ann itu.
“Kau takut padaku? Atau pada Jess?”
Ann menatap Henrie dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak takut padamu, atau pada Jessie. Betapa bodohnya aku karena berpikir kau berbeda dengannya. Sekarang lihatlah. Sepertinya kau berpikir bahwa aku menyukaimu sejak liburan kemarin, dan memberikan senyumanmu yang mematikan itu untuk memberitahuku bahwa seorang Bella baru saja memelukmu, bukan begitu, Henrie?”
Henrie melepaskan pergelangan tangan Ann. “Jadi kau berpikir seperti itu? Apakah salah jika aku ingin berteman denganmu? Lama-lama kau sama saja dengannya.” Henrie pergi meninggalkan Ann ke dalam rumah. Ann tidak berusaha untuk mengejarnya, ia hanya bisa melihat Henrie pergi meninggalkannya.
Begitulah akhir dari pesta Jessie. Sepertinya Ann harus sadar, bahwa hidup ini tidak sama dengan yang ada di film.
Saat pergi ke sekolah menjadi hal yang lebih mengerikan dari sebelumnya, karena foto Ann dan Henrie di taman (tepat saat Henrie memegang pergelangan tangan Anna) tersebar di sekolah. Tentu saja Gary yang mengambil foto itu, karena ia adalah seorang dokumenter sekolah yang selalu mengabadikan semua momen yang terjadi, bahkan saat orang lain tidak ada yang mengetahui hal itu terjadi. Semua murid membicarakannya: ada yang terkejut melihatnya, ada yang merasa kasihan karena mereka yakin ini hanya rencana Jessie untuk menyakiti hati Ann, dan sebagian lain berpendapat bahwa Henrie hanya tertarik pada Ann saat itu karena untuk pertama kalinya Ann terlihat cantik dan ‘normal’. Apapun pendapat mereka, yang jelas Ann akan dibuat lebih menderita menjalani tahun terakhirnya di sekolah menengah oleh Jessie dan teman-temannya.
Henrie kembali seperti dulu, tidak menganggap kehadiran Ann di kelas. Emily berusaha menghibur Ann, meskipun Ann tidak menunjukkan kesedihannya. Ia berusaha untuk tegar, dan mengalihkan pembicaraan di kantin bersama Emily, Josh dan Sam dengan membicarakan mengenai universitas apa yang akan mereka incar setelah lulus nanti. Sepertinya Ann harus menyadari, bahwa Henrie tidak pernah berpacaran dengan Bella atau siapapun yang dekat dengan kelompok Jessie. Ia hanya pernah berpacaran dengan seorang murid pindahan dua tahun yang lalu, seorang wanita biasa dari keluarga biasa yang kemudian pindah ke bagian negara lain. Meskipun begitu, Ann masih tetap memikirkan Jessie yang bisa saja menyuruh Henrie untuk mendekatinya.
Bel pulang sekolah berbunyi. Dengan langkah lunglai Ann berjalan keluar kelas. Hari ini Paman Ben menyuruhnya ikut ke suatu acara, dan yang sangat mengganggu adalah Ann dan Jessie ada dalam satu mobil. Di tengah perjalanan Jessie meminta ayahnya untuk berhenti sebentar. Sepertinya ia agak mual karena harus duduk bersebelahan dengan Ann (ia tidak diperbolehkan duduk di sebelah Paman Ben agar Ann tidak sendirian di belakang). Dengan alasan ingin membeli coke, Jess membuka pintu mobil dan keluar dengan terburu-buru. Mereka tidak punya cukup waktu untuk menunggu karena acaranya akan dimulai lima belas menit lagi.
Yang benar saja, gumam Ann dalam hati. Ia melihat Jess sedang melongo, ya, benar-benar melongo begitu melihat sebuah baju yang ada di patung di dalam sebuah toko. Paman Ben menyuruh Ann untuk menghampirinya karena pasti akan butuh waktu lebih lama lagi untuk membiarkan Jessie belanja dulu.
Karena berpikir jalanan sepi, Jess langsung saja menyebrang jalan tanpa melihat ada sebuah mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Melihat hal ini Ann langsung mendorong Jess ke bahu jalan, namun sayangnya Ann tidak dapat lebih cepat lagi hingga mobil itu menabraknya.
Butuh waktu beberapa minggu untuk pulih kembali. Ann sangat bersyukur karena ia tidak mendapat luka yang parah, hanya saja ia mengalami gegar otak ringan hingga ia harus istirahat lebih lama lagi. Ketika ia bangun dihari pertama kecelakaan, Ann mendapati Henrie duduk di sebelahnya sambil memegang tangannya. Emily, Josh dan Sam tertawa begitu melihat Ann bangun, dan langsung melontarkan begitu banyak pertanyaan (Emily bertanya apa yang salah di otaknya hingga menolong seseorang seperti Jess). Lalu beberapa orang sekaligus berhamburan masuk ke kamarnya (Jessie, Dean, Bella, Tom, Emma, Jonathan dan George) dan bertanya-tanya mengenai keadaannya.
Semuanya meninggalkan Ann berdua dengan Jessie. Wajah Jess tampak memerah, “terima kasih Ann telah menolongku, seharusnya aku yang berbaring di rumah sakit ini sekarang,” kata Jess gugup. “Dan maafkan sikapku selama ini. Begitu melihatmu datang ke rumahku dan mengetahui bahwa ayah menyekolahkanmu di sekolah yang sama denganku, aku takut bahwa kau akan bersikap sok, apalagi semua orang menyadari bahwa kau cantik. Tapi harus kuakui hal itu tidak terlalu kelihatan karena cara berpakaianmu, kita harus pergi belanja bersama-sama agar kau tampil lebih cantik lagi. Sorry.”
Ann langsung tertawa, “itu memang benar kok, sepertinya aku harus merubah penampilanku kalau mau masuk ke gengmu, kan?”
Mereka tertawa. Tembok pemisah antara mereka kini sudah hancur, dan Jessie juga mengakui bahwa ia mengarang cerita buruk tentang Ann agar Henrie membencinya. Namun tak ada yang perlu dikhawatirkan Jess, karena Ann bukan wanita pendendam, apalagi sebenarnya ia menganggap bahwa Jess adalah saudaranya.
Bagaimana dengan kisah cinta Ann? Tentu saja Henrie memintanya untuk menjadi pacarnya, dan mereka kuliah di universitas yang sama. Melihat hal ini Paman Ben sangat senang, dan keluarga ini sering menghabiskan akhir pekan bersama-sama dengan mengadakan pesta barbeque di taman belakang rumah mereka. Tentu saja Dean, Henrie, Emily, Josh dan Sam juga ikut (Sam punya pacar seorang wanita berambut pirang yang dikenalnya di pameran lukisan), dan juga teman-teman Jessie ikut meramaikan acara.
Memang butuh pengorbanan untuk memperbaiki suatu hubungan yang bertahun-tahun rusak. Salah satunya adalah dengan menyelamatkan musuhmu dari bahaya.
sumber di sini

0 komentar:

Posting Komentar