Jessie merasa bahwa dialah wanita yang paling beruntung di
dunia. Mungkin ada benarnya, karena ayahnya adalah seorang pebisnins
sukses, dilahirkan dengan wajah cantik, pintar, dan juga populer.
Berbeda dengan Ann, kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan tragis
empat tahun yang lalu, harus meninggalkan Indonesia dan beradaptasi di
London untuk tinggal bersama orang-orang yang tidak terlalu ia kenal
.
Ibu Ann sebatang kara sejak usia belia. Beliau menikah dengan Mr.
Lawrence, seorang pebisnins asal London dan Ann hanya bertemu dengan
saudara ayahnya saat Natal tiba. Itulah alasan mengapa Ann tinggal di
London karena Paman Ben adalah satu-satunya saudara yang ia miliki.
Namun sebagai catatan, meskipun mereka baru akrab setelah kecelakaan
itu, Paman Ben sangat menyayangi Ann bahkan menganggapnya seperti
anaknya sendiri. Hal ini berarti Ann dan Jessie adalah kakak beradik,
tapi mereka lebih suka jika orang-orang tahu bahwa mereka ‘hanya
sepupu’.
Bibi Margareth (istri Paman Ben) meninggal ketika melahirkan Jessie,
tapi Ann merasa aneh karena Jessie tumbuh menjadi wanita manja dan
menyebalkan, karena Ann berpikir ia seharusnya menjadi anak yang baik
karena dilahirkan dengan susah payah. Ann tidak tahu alasan yang tepat
mengapa Jessie selalu bersikap memusuhi Ann, tapi menurut sahabat Ann,
Emily, dia menjadi seperti itu karena Paman Ben sangat menyayanginya.
Tahun pertama Ann di sekolah menengah berjalan agak tidak menyenangkan
karena Jessie dan teman-temannya begitu menyebalkan. Masalahnya Ann
bukan tandingannya, mengingat cara berpakaian Ann yang mendekati kata
‘aneh’ (ia suka sekali memakai jeans baggy dan sepatu berwarna coklat
yang berbentuk lonjong, ditambah t’shirtnya yang selalu berwarna gelap,
seperti menggambarkan kesuraman) meskipun Ann termasuk wanita yang
cantik dan memiliki mata indah dan tajam seperti elang.
Sebelum liburan Jessie sukses mengunci Ann di gudang sekolah.
Keterlaluan memang, tapi tidak ada satu pun bukti yang dapat ditujukan
padanya. Karena itu Jessie bisa lolos dari hukuman dengan aman. Dan
parahnya lagi orang-orang baru menyadari bahwa ‘Ann menghilang’ satu jam
kemudian, termasuk Emily yang mengira Ann sedang mengikuti pendaftaran
lomba menulis karya ilmiah. Tentu saja Ann tidak akan memberitahu hal
ini pada ayah Jess, karena selain alasan ia tidak ingin bersikap
seolah-olah ‘merebut perhatian ayahnya’, Ann juga tidak punya bukti
apapun untuk menuduhnya.
Saat liburan tiba Ann memutuskan untuk pergi mengunjungi neneknya. Di
samping untuk mengisi waktu liburannya, ia juga bisa pergi jauh dari
Jessie. Paman Ben mengijinkannya, meskipun pada awalnya ia menyuruh
Jessie ikut dengannya (Paman Ben tidak tahu bahwa Jessie sering
mengerjai Ann, ia hanya tahu bahwa Jessie tidak bisa berteman dengan
Ann). Ann mengemasi barang-barangnya dengan hati riang. Paman Ben
mengantar Ann sampai ke stasiun. Ann melambaikan tangannya dan masuk
berdesakan dengan orang-orang ke dalam gerbong kereta. Ia masuk ke dalam
rangkaian gerbong dan mencari tempat duduk yang kosong.
Pintu kompartemen bergeser pelan. Ann tahu ada seseorang yang masuk,
tapi ia tidak menghiraukannya karena Ann sedang mencari novel yang baru
ia beli di festival Romeo & Juliet minggu lalu. Kopernya tidak
terlalu besar, tapi entah mengapa novel itu tidak terlihat sama sekali.
Pikirannya langsung buyar ketika mendengar suara pria berdeham, dan ada
siulan aneh yang merupakan siulan terburuk yang pernah Ann dengar.
“Ann, itukah kau?” tanya pria itu.
Dengan segera Ann menoleh, dan mendapati seorang anak seumuran dengannya
menyeringai lebar. “Henrie? Apa yang kau lakukan disini?”
“Hmm… mungkin mencuri sesuatu darimu. Astaga, aku lupa kau kan tidak
punya apa-apa! Mungkin isi kopermu hanya ada sandwich beku dan sebotol
susu yang hampir basi,” jawab Henrie, sedikit menyeringai seraya menarik
kopernya dan menggaruk kepalanya.
“Mungkin kau disuruh Jessie untuk memata-mataiku…”
“Hah?” kata Henrie kaget. “Kau tahu Jessie memang sensitif padamu, tapi
percayalah, dia punya kesibukan lain daripada menyuruhku untuk
membuntutimu. Kurang kerjaan.”
Mereka duduk berhadapan. Ann memandang Henrie dengan pandangan
curiga, masih agak kaget sekaligus kecewa, mengapa kereta dengan gerbong
sebanyak ini bisa mempertemukan mereka dalam satu ruangan.
Henrie melirik Jessie. “Apa kau masih berpikir Jessie menyuruhku membuntutimu?”
“Tidak,” jawab Ann, berusaha menyembunyikan kekecewaannya, “tentu saja tidak.”
“Bagus,” kata Henrie. “Dengar, aku punya urusan sendiri dan tidak akan
pernah sempat untuk mengurusi pertandingan Entah Memperebutkan Apa
antara kau dan Jessie. Jika hal itu terjadi, pasti Dean sedang sakit
parah hingga ia mengultimatumku untuk membantu pacarnya.”
Menyadari udara agak panas karena obrolan mereka yang tidak
menyenangkan, Ann membuka jendela kereta dan memandangi hamparan
perkebunan di sepanjang tepi rel kereta dengan perasaan bersalah. Tidak
seharusnya ia berpikir seperti itu, mengingat Jessie, Dean, kekasihnya
yang populer itu, dan sahabat-sahabat mereka pasti sangatlah sibuk
karena mereka adalah anak-anak berbakat, entah dalam olahraga atau
bermusik. Henrie sendiri merupakan seorang pemain hockey dan merupakan
seorang pemain biola yang hebat. Para wanita dibuatnya tergila-gila
waktu pentas musim semi, ketika ia menggesekkan biolanya, seolah-olah
magnet ketampanannya langsung menarik para wanita untuk semakin
mengaguminya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya Henrie untuk mencairkan susasana. Ann
yakin Henrie tidak bersungguh-sungguh bertanya hal yang tidak penting
ini.
“Mengunjungi nenekku,” jawab Ann datar. Ia bahkan samasekali tidak mengalihkan wajahnya dari jendela.
“Oh,” kata Henrie. “Kau tidak bertanya aku mau pergi kemana?”
Ann yang merasa tidak enak terpaksa bertanya. “Oke, baiklah jika itu mau
mu. Kau mau kemana? Hen–ri–eee?” Pertanyaannya terdengar panjang dan
membosankan.
Henrie tertawa sinis, “tidak usah bertanya kalau kau tidak mau, Ann, aku
tahu wanita tidak akan mengajak bicara pria yang tidak disukainya,
sekalipun kita tersesat dan hanya ada aku yang bisa kau ajak bicara.”
Ann merasa mukanya merah. Jika yang di hadapannya kini adalah Jessie,
sudah pasti menit berikutnya mereka akan saling menjabak rambut.
“Maaf, bukannya begitu, melihatmu seperti melihat Jessie, begitu mengerikan dan—”
“—menyebalkan?”
Mereka tertawa. Entah mengapa mereka berdua memutuskan untuk melupakan
perbedaan mereka —antara Henrie si Populer dan Ann si Kutu Buku. Satu
jam berikutnya mereka mengobrol, membicarakan novel The Rainbow Express
yang ternyata, sangat kebetulan, Henrie beli di festival Romeo &
Juliet minggu lalu. Henrie berpendapat bahwa dalam novel itu seharusnya
tokoh utamanya tidak mengikuti wanita yang disukainya, melainkan
pertemuan mereka di kereta karena ketidaksengajaan. Ann berpikir cerita
itu hampir mirip dengan yang dialaminya sekarang, meskipun kenyataannya
baik Anna maupun Henrie tidak saling menyukai.
Tiba saatnya mereka harus berpisah. Henrie melambaikan tangannya,
memberikan sebuah senyuman manis dan pergi menarik kopernya menuju
kerumunan. Ann membalas senyumnya, berharap bahwa yang ada di hadapannya
kini adalah Jessie.
—
Liburan selalu terasa cepat berlalu, terutama bagi Anna yang merasa
dirinya terancam apabila memasuki gerbang sekolah. Ia melihat Jessie,
Dave, Henrie, dan beberapa sahabat mereka berkumpul. Henrie yang sedang
tertawa langsung tersenyum padanya begitu melihatnya masuk ke dalam
kelas. Entah mengapa Ann merasa terganggu, ia takut Jessie menyadari hal
itu dan semakin membencinya. Ia sama sekali tidak mau Henrie dan tentu
saja, Jessie, dan sahabat-sahabatnya menyadari kehadirannya.
Disamping kecemasannya itu, Jessie mengungumkan di depan kelas bahwa
pesta ulang tahun keenam belasnya akan diadakan di rumahnya, dan semua
anak diundang ke pestanya, tanpa terkecuali (maka secara otomatis Ann
juga diundang). Ann merasa perlu membeli gaun karena gaun pestanya sudah
agak sempit (ia sama sekali tidak berpikir untuk tampil cantik di pesta
Jessie meskipun seluruh kelas diundang, bahkan ia tidak berusaha untuk
menarik perhatian siapapun.
Ann memang harus mengakui pada sahabatnya, Emily, bahwa ia sebenarnya
agak berharap seseorang memuji penampilannya saat pesta nanti. Berbeda
dengan Ann, Emily malah berharap Josh, kekasihnya yang agak aneh itu
tidak mempermalukannya dengan memakai baju superhero lagi (sudah jelas
kan mereka tidak sedang merayakan Hallowen). Tetapi mengenai siapa pria
yang dimaksud, Ann tidak memberitahunya karena pastinya Emily akan
terkena serangan jantung begitu tahu Henrielah yang paling diharapkan
Ann.
Pesta berlangsung sangat menyenangkan. Tahun ini Jessie dapat membuat
pestanya lebih meriah dan tersedia begitu banyak makanan dan minuman
untuk dinikmati bersama. Mulai dari klub sepakbola, hockey, basket,
anak-anak pemain musik, band sekolah, sampai klub pentas seni dan klub
penulis —mereka semua hadir dan ikut memeriahkan acara. Dan yang benar
saja, meskipun Josh sudah diperingatkan, ia datang dengan memakai kostum
Iron Man. Tetapi hal ini membuat Emily senang karena Josh malah diminta
foto bareng oleh cowok-cowok dan juga cewek-cewek yang menganggapnya
sangat lucu dan harus diabadikan bersama mereka.
Ann menyisir rambutnya dua kali lebih lama dari biasanya, memakai
gaunnya yang sangat sederhana, tetapi ia beruntung karena Josh dan Emily
ikut waktu dia membeli gaunnya, karena meskipun Josh penggila superhero
dan selalu bercanda setiap saat, ia memiliki selera baik dalam memilih
baju untuk wanita. Dengan gugup Ann berjalan menuruni tangga, mendapati
hampir semua mata tertuju padanya, seperti adengan film ‘Miss Spring’
dimana seorang wanita kutu buku merubah penampilannya pada pesta dansa
dan berjalan menuruni tangga mewah, dengan balutan karpet merah dan
mawar yang menghiasi sisi anak tangga. Tapi tunggu dulu —masalah
utamanya adalah dalam film itu pemeran utamanya berdansa dan akhirnya
berpacaran dengan pria idamannya.
Jessie hanya memandang Ann sekali, lalu mengajak Dean berdansa dengan
iringan gesekan biola Henrie dan anak-anak lainnnya. Ia tidak mau
pacarnya menyadari kecantikan Ann, meskipun memang kenyataannya Dean
tidak terlalu tertarik pada Ann. Berbeda dengan Henrie, ketika melihat
Ann, ia tersenyum, senyum yang sama seperti di peron ketika Henrie
berjalan meninggalkannya.
Banyak pasangan yang turun ke lantai dan menikmati dansa mereka
dengan iringan musik yang sangat romantis itu. Josh mengajak Emily
berdansa, meskipun ia agak sulit memutar tubuhnya. Sementara Ann hanya
diam saja disudut ruangan (ia terlihat agak bodoh karena tidak melepas
pandangannya dari Henrie) sampai seorang pria mengajaknya berdansa. Pria
itu adalah Sam, seorang anak yang memiliki bakat dalam melukis pasir.
Mereka berdansa dengan riang, sesekali tertawa, karena Sam adalah anak
yang sangat menyenangkan.
Saat iringan musik selesai, Henrie memberikan biolanya pada seorang
temannya dan berjalan menghampiri Ann yang dari tadi terlihat seru
berbincang dengan Sam. Ann menjadi tambah gugup, sampai seorang wanita
secara tiba-tiba datang memeluk Henrie dan memandangi Ann dengan wajah
yang penuh kemenangan. Jessie, Dean, dan teman-temannya langsung menarik
Henrie ke tengah ruangan dan mengobrol disana. Seharusnya Ann tahu
bahwa Jessie tidak akan mengendurkan perhatiannya dari Ann sedikit saja,
karena kini Jessie tahu bahwa Ann tertarik pada Henrie.
Ketika acara hampir selesai, Henrie mengalihkan pandangannya pada
semua sudut ruangan, namun ia tidak menemukan Ann. Terpikir olehnya
untuk meminta nomor handphone Ann dari Emily, tapi pasti Emily akan
menolaknya dengan alasan untuk melindungi sahabatnya dari gangguan
Henrie. Ia meminta ijin pada teman-temannya dengan alasan pergi ke
toilet, menyelinap ke luar taman dan mendapati Ann sedang duduk
sendirian disana.
“Ann?”
Ann menoleh. Ia langsung bergegas pergi, namun ia ditahan oleh Henrie yang kelihatannya kesal karena sikap Ann itu.
“Kau takut padaku? Atau pada Jess?”
Ann menatap Henrie dengan tatapan penuh amarah. “Aku tidak takut padamu,
atau pada Jessie. Betapa bodohnya aku karena berpikir kau berbeda
dengannya. Sekarang lihatlah. Sepertinya kau berpikir bahwa aku
menyukaimu sejak liburan kemarin, dan memberikan senyumanmu yang
mematikan itu untuk memberitahuku bahwa seorang Bella baru saja
memelukmu, bukan begitu, Henrie?”
Henrie melepaskan pergelangan tangan Ann. “Jadi kau berpikir seperti
itu? Apakah salah jika aku ingin berteman denganmu? Lama-lama kau sama
saja dengannya.” Henrie pergi meninggalkan Ann ke dalam rumah. Ann tidak
berusaha untuk mengejarnya, ia hanya bisa melihat Henrie pergi
meninggalkannya.
Begitulah akhir dari pesta Jessie. Sepertinya Ann harus sadar, bahwa hidup ini tidak sama dengan yang ada di film.
Saat pergi ke sekolah menjadi hal yang lebih mengerikan dari
sebelumnya, karena foto Ann dan Henrie di taman (tepat saat Henrie
memegang pergelangan tangan Anna) tersebar di sekolah. Tentu saja Gary
yang mengambil foto itu, karena ia adalah seorang dokumenter sekolah
yang selalu mengabadikan semua momen yang terjadi, bahkan saat orang
lain tidak ada yang mengetahui hal itu terjadi. Semua murid
membicarakannya: ada yang terkejut melihatnya, ada yang merasa kasihan
karena mereka yakin ini hanya rencana Jessie untuk menyakiti hati Ann,
dan sebagian lain berpendapat bahwa Henrie hanya tertarik pada Ann saat
itu karena untuk pertama kalinya Ann terlihat cantik dan ‘normal’.
Apapun pendapat mereka, yang jelas Ann akan dibuat lebih menderita
menjalani tahun terakhirnya di sekolah menengah oleh Jessie dan
teman-temannya.
Henrie kembali seperti dulu, tidak menganggap kehadiran Ann di kelas.
Emily berusaha menghibur Ann, meskipun Ann tidak menunjukkan
kesedihannya. Ia berusaha untuk tegar, dan mengalihkan pembicaraan di
kantin bersama Emily, Josh dan Sam dengan membicarakan mengenai
universitas apa yang akan mereka incar setelah lulus nanti. Sepertinya
Ann harus menyadari, bahwa Henrie tidak pernah berpacaran dengan Bella
atau siapapun yang dekat dengan kelompok Jessie. Ia hanya pernah
berpacaran dengan seorang murid pindahan dua tahun yang lalu, seorang
wanita biasa dari keluarga biasa yang kemudian pindah ke bagian negara
lain. Meskipun begitu, Ann masih tetap memikirkan Jessie yang bisa saja
menyuruh Henrie untuk mendekatinya.
Bel pulang sekolah berbunyi. Dengan langkah lunglai Ann berjalan
keluar kelas. Hari ini Paman Ben menyuruhnya ikut ke suatu acara, dan
yang sangat mengganggu adalah Ann dan Jessie ada dalam satu mobil. Di
tengah perjalanan Jessie meminta ayahnya untuk berhenti sebentar.
Sepertinya ia agak mual karena harus duduk bersebelahan dengan Ann (ia
tidak diperbolehkan duduk di sebelah Paman Ben agar Ann tidak sendirian
di belakang). Dengan alasan ingin membeli coke, Jess membuka pintu mobil
dan keluar dengan terburu-buru. Mereka tidak punya cukup waktu untuk
menunggu karena acaranya akan dimulai lima belas menit lagi.
Yang benar saja, gumam Ann dalam hati. Ia melihat Jess sedang
melongo, ya, benar-benar melongo begitu melihat sebuah baju yang ada di
patung di dalam sebuah toko. Paman Ben menyuruh Ann untuk menghampirinya
karena pasti akan butuh waktu lebih lama lagi untuk membiarkan Jessie
belanja dulu.
Karena berpikir jalanan sepi, Jess langsung saja menyebrang jalan
tanpa melihat ada sebuah mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Melihat
hal ini Ann langsung mendorong Jess ke bahu jalan, namun sayangnya Ann
tidak dapat lebih cepat lagi hingga mobil itu menabraknya.
Butuh waktu beberapa minggu untuk pulih kembali. Ann sangat bersyukur
karena ia tidak mendapat luka yang parah, hanya saja ia mengalami gegar
otak ringan hingga ia harus istirahat lebih lama lagi. Ketika ia bangun
dihari pertama kecelakaan, Ann mendapati Henrie duduk di sebelahnya
sambil memegang tangannya. Emily, Josh dan Sam tertawa begitu melihat
Ann bangun, dan langsung melontarkan begitu banyak pertanyaan (Emily
bertanya apa yang salah di otaknya hingga menolong seseorang seperti
Jess). Lalu beberapa orang sekaligus berhamburan masuk ke kamarnya
(Jessie, Dean, Bella, Tom, Emma, Jonathan dan George) dan
bertanya-tanya mengenai keadaannya.
Semuanya meninggalkan Ann berdua dengan Jessie. Wajah Jess tampak
memerah, “terima kasih Ann telah menolongku, seharusnya aku yang
berbaring di rumah sakit ini sekarang,” kata Jess gugup. “Dan maafkan
sikapku selama ini. Begitu melihatmu datang ke rumahku dan mengetahui
bahwa ayah menyekolahkanmu di sekolah yang sama denganku, aku takut
bahwa kau akan bersikap sok, apalagi semua orang menyadari bahwa kau
cantik. Tapi harus kuakui hal itu tidak terlalu kelihatan karena cara
berpakaianmu, kita harus pergi belanja bersama-sama agar kau tampil
lebih cantik lagi. Sorry.”
Ann langsung tertawa, “itu memang benar kok, sepertinya aku harus merubah penampilanku kalau mau masuk ke gengmu, kan?”
Mereka tertawa. Tembok pemisah antara mereka kini sudah hancur, dan
Jessie juga mengakui bahwa ia mengarang cerita buruk tentang Ann agar
Henrie membencinya. Namun tak ada yang perlu dikhawatirkan Jess, karena
Ann bukan wanita pendendam, apalagi sebenarnya ia menganggap bahwa Jess
adalah saudaranya.
Bagaimana dengan kisah cinta Ann? Tentu saja Henrie memintanya untuk
menjadi pacarnya, dan mereka kuliah di universitas yang sama. Melihat
hal ini Paman Ben sangat senang, dan keluarga ini sering menghabiskan
akhir pekan bersama-sama dengan mengadakan pesta barbeque di taman
belakang rumah mereka. Tentu saja Dean, Henrie, Emily, Josh dan Sam juga
ikut (Sam punya pacar seorang wanita berambut pirang yang dikenalnya di
pameran lukisan), dan juga teman-teman Jessie ikut meramaikan acara.
Memang butuh pengorbanan untuk memperbaiki suatu hubungan yang
bertahun-tahun rusak. Salah satunya adalah dengan menyelamatkan musuhmu
dari bahaya.
sumber di sini
0 komentar:
Posting Komentar